Jakarta – Partai Golkar menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak perlu mengikuti saran dari Partai Berkarya, yang meminta belajar dari Presiden ke-2 RI Soeharto. Golkar menilai, masa kepemimpinan Soeharto dengan Jokowi sudah jauh berbeda.
“Setiap orang ada masanya, bahwa Pak Harto itu mungkin relevan pada masanya tapi kan belum tentu relevan sampai saat ini, kenapa? Karena pertama, program pembangunan infrastruktur itu memang kan sudah dilakukan secara serius oleh Pak Jokowi,” ujar Ketua DPP Gokar Tubagus Ace Hasan Syadzily kepada detikcom, Minggu (15/7/2018).
Ace mengungkapkan, dalam waktu 3 tahun Jokowi sudah mampu membangun infrastruktur jalan tol di pulau Jawa dan Sumatera. Jokowi juga dikatakan Ace sudah melakukan pemerataan pembangunan terutama dari kawasan Indonesia Timur. Demikian halnya dengan pemerataan pembangunan di pedesaan melalui program dana desa.
“Cuma yang membedakan saat ini, ini kan demokrasi, itu yang tidak didapatkan pada era Pak Harto. Di era Pak Harto kita tahu semua bahwa stabilitas politik itu dibangun oleh negara secara hegemoni, sementara kalau sekarang kalau kita mau menciptakan stabilitas politik dengan cara hegemoni model Pak Harto ya apa jadinya bangsa ini,” kata Ace.
Perbedaan mencolok masa Jokowi dengan masa Soeharto disebut Ace ada di stabilitas politiknya. Era demokrasi saat ini sangat jauh berbeda dengan masa Orde Baru.
“Zaman Orde Baru orang bersuara kritis langsung bisa disingkirkan secara politik. Kalau sekarang orang berteriak apapun terhadap pemerintah ya itu dibiarkan, itu bagian dari demokrasi,” tuturnya.
“Selain itu sekarang ada pembatasan kekuasan 5 tahun, kalau dulu zaman Pak Harto tidak ada pembatasan kekuasaan, jadi beda, jangan menyamakan. Ini zamannya bukan orde baru, ini zaman demokrasi, tentu berbeda dengan orde baru,” imbuhnya.
Meski pembangunan ekonomi disebut Ace dapat mengacu ke Soeharto, namun menurutnya suasana politik di masa Soeharto telah jauh berbeda dengan masa Jokowi saat ini. Yang mahal saat ini adalah proses demokrasi yang tengah berjalan.
“Ya Pak Jokowi sangat menghormati semua presiden yang telah pada masa lalu, hanya saja harus dibedakan bahwa setiap kepemimpinan itu ada masanya dan ada caranya di dalam proses pembangunan. Tidak bisa cara politik orde baru itu disamakan dengan era sekarang, kalau nggak kita ya negara otoriter, orang yang berbeda secara politik ya bisa diberangus, bisa dibungkam,” tuturnya.
Sebelumnya, Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso mengusulkan Presiden Jokowi menjalankan ajaran Presiden ke-2 RI Soeharto. Priyo menyatakan, ajaran Soeharto adalah solusi dari masalah di Indonesia saat ini. Ajaran tersebut mengenai pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas, dan trilogi pembangunan.
“Jika pemerintah kita mau sedikit saja mengikuti ajaran kebaikan pada zaman Soeharto, saya kira itu menjadi solusi,” kata Priyo di Kantor DPP Berkarya, Jl Pangeran Antasari, Cipete Utara, Jakarta Selatan, Minggu
Sumber : detik.com