Jakarta – Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Ace Hasan Syadzily mengatakan bahwa kebijakan hilirisasi dalam misi Astacita merupakan contoh nyata bagaimana Indonesia dapat mengubah struktur ekonomi ekstraktif menjadi ekonomi yang bernilai tambah.
Ia mencontohkan pelarangan ekspor nikel mentah, misalnya, yang telah mendorong investasi dalam industri baterai dan kendaraan listrik, yang kini menjadi bagian dari peta persaingan global.
“Langkah ini bukan hanya sekadar strategi ekonomi, melainkan sebuah pernyataan geopolitik bahwa Indonesia harus berdiri tegak dan berdaulat atas sumber daya strategis yang dimilikinya,” kata Ace dalam acara Jakarta Geopolitical Forum IX 2025 di Jakarta, Selasa.
Ace menuturkan bahwa Indonesia dianugerahkan potensi kekayaan alam yang luar biasa, terutama dalam bentuk mineral strategis, mulai dari nikel, bauksit, tembaga, hingga potensi energi terbarukan seperti panas bumi, air, dan surya.
Maka dari itu, kata dia, sumber daya alam yang strategis tersebut harus dikelola secara berdaulat dan berkeadilan untuk kemajuan bangsa.
Dalam misi Astacita Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka poin kelima, Pemerintah berkomitmen melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri
Memaksimalkan potensi sumber daya alam untuk kemajuan perekonomian nasional dan rakyat merupakan fokus Prabowo-Gibran. Hilirisasi dan industrialisasi dipilih menjadi salah satu cara dalam pemaksimalan tersebut.
Melalui hilirisasi dan industrialisasi, Pemerintah meyakini Indonesia dapat mengonversi komoditas dasar menjadi produk berdaya saing tinggi. Tidak hanya itu, cara tersebut juga dapat menciptakan lebih banyak pekerjaan berkualitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?client=ca-pub-1761537410694296&output=html&h=280&slotname=3266999658&adk=35703674&adf=604915064&pi=t.ma~as.3266999658&w=730&abgtt=6&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1750857769&rafmt=1&format=730×280&url=https%3A%2F%2Fwww.antaranews.com%2Fberita%2F4921657%2Flemhannas-kebijakan-hilirisasi-dalam-astacita-ubah-struktur-ekonomi&fwr=0&fwrattr=true&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&uach=WyJXaW5kb3dzIiwiMTkuMC4wIiwieDg2IiwiIiwiMTM3LjAuNzE1MS4xMjAiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siR29vZ2xlIENocm9tZSIsIjEzNy4wLjcxNTEuMTIwIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzNy4wLjcxNTEuMTIwIl0sWyJOb3QvQSlCcmFuZCIsIjI0LjAuMC4wIl1dLDBd&dt=1750857148670&bpp=1&bdt=1092&idt=714&shv=r20250617&mjsv=m202506170101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3D660b4d6c3c9c5752%3AT%3D1750857149%3ART%3D1750857149%3AS%3DALNI_Maq18ehHnEDCfgRdXcIxjmN20zHdA&gpic=UID%3D00001139808f1c1a%3AT%3D1750857149%3ART%3D1750857149%3AS%3DALNI_MZEOyuxiCGgR4RLI9hTXwv0RQ7n0A&eo_id_str=ID%3D3b3deaf325040edc%3AT%3D1750857149%3ART%3D1750857149%3AS%3DAA-AfjYCW1DAHwsQLXBw6rVnRaxZ&prev_fmts=0x0%2C350x280%2C730x280%2C350x280%2C350x280&nras=1&correlator=7111923815197&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=768&u_w=1366&u_ah=720&u_aw=1366&u_cd=24&u_sd=1&dmc=8&adx=121&ady=2144&biw=1351&bih=599&scr_x=0&scr_y=0&eid=42531705%2C95353386%2C95362436%2C95362656%2C95364339%2C42533293%2C95364386%2C95359266%2C95364334%2C95364390&oid=2&pvsid=6529686745565933&tmod=1625856087&uas=0&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1920&brdim=0%2C0%2C0%2C0%2C1366%2C0%2C1366%2C720%2C1366%2C599&vis=1&rsz=o%7C%7CpeEbr%7C&abl=CS&pfx=0&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=3&uci=a!3&btvi=4&fsb=1&dtd=M
Atas dasar itu, Ace menekankan bahwa Lemhannas berkomitmen untuk terus mendorong dan memberikan berbagai rekomendasi strategis bagi upaya Indonesia dalam membangun kemandirian dan ketahanan energi nasional.
“Salah satunya melalui ini, yang tentu kami harapkan bisa menjadi laboratorium gagasan, tempat bertemunya pemikiran kritis, bukti empiris, dan visi strategis untuk memperkuat ketahanan energi di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian ini,” ungkapnya.
Melalui diskusi lintas sektor dan rekomendasi yang bersifat operasional tersebut, dia berharap Jakarta Geopolitical Forum tahun ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam kebijakan energi nasional yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaulat.
Sumber: Antaranews.com