Misalnya, di sektor ketahanan pangan, kementerian terkait seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Badan Gizi Nasional memiliki peran kunci.
Kemudian, di sektor energi, sinergi diperlukan antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PLN, dan BUMN lain yang terkait.
Ace mengatakan, koordinasi lintas sektor ini krusial untuk memastikan investasi di bidang energi berjalan sesuai target.
“Jika investasinya pada hilirisasi di sektor pangan, maka di situ ada Kementerian Pertanian, Kementerian Perikanan, juga soal gizi, Badan Gizi Nasional,” kata dia.
Ace menegaskan, keberhasilan Danantara akan berdampak langsung pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Semua pihak, lembaga, kementerian, dan elemen masyarakat harus sama-sama mendorong agar Danantara ini kita yakini bisa mewujudkan bagi upaya kita mendorong pertumbuhan ekonomi, mewujudkan kesejahteraan, menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia,” ujar Ace.
Program strategis Danantara
Sebelumnya, Danantara melalui Holding Operasional, PT Danantara Asset Management (DAM), memiliki 22 program strategis yang akan dikerjakan dalam lima bulan yang tersisa di 2025.
Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia, Dony Oskaria, mengatakan program-program ini dibagi ke dalam tiga klaster, yakni restrukturisasi, konsolidasi, dan pengembangan yang bertujuan mendukung optimalisasi portofolio BUMN.
“Kita harapkan dalam lima bulan ke depan kami mampu menyelesaikan 22 program kerja yang sudah kita konsultasikan dan kita bahas secara mendetail dengan Komisi VI selama dua hari,” ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Pada bidang restrukturisasi, ada empat sektor yang disoroti, yakni bisnis maskapai penerbangan, bisnis manufaktur baja, bisnis kereta api cepat, dan bisnis asuransi.
Sedangkan pada bidang konsolidasi, bisnis menyasar sembilan sektor BUMN, mencakup bisnis karya (konstruksi), pupuk, rumah sakit, hotel, gula, hilirisasi minyak, asuransi, manajemen aset, dan kawasan industri.
Lalu untuk bidang pengembangan, bisnis akan menyasar sektor bisnis koperasi, pangan, baterai, semen, perbankan syariah, telekomunikasi, dan industri galangan kapal.
Menurut Dony, untuk mendukung kelancaran 22 program tersebut, DAM akan memprioritaskan penyelesaian tata kelola pendukung bisnis, khususnya pada aspek human capital, keuangan, manajemen risiko, dan aspek legal.