Selama perang Iran-Israel bergejolak, Lemhannas melakukan monitoring dan memberikan berbagai masukan kepada Presiden Prabowo.
LEMBAGA Ketahanan Nasional atau Lemhannas telah menyiapkan skenario langkah Indonesia jika perang Iran-Israel berlarut-larut. Gubernur Lemhannas Ace Hasan Syadzily mengatakan salah satu kajian yang dilakukan Lemhannas adalah kajian krisis, termasuk penyusunan peta jalan (roadmap) atau skenario yang berhubungan dengan ketahanan negara dalam merespons kondisi geopolitik dunia.
“Kajian yang dilakukan oleh Lemhannas itu kajian krisis, termasuk juga roadmap, proyeksi, dan prediksi dengan apa yang kita sebut, misalnya, kuadran 1, kuadran 2, kuadran 3, kuadran 4, kemudian skenario, termasuk juga pada kuadran apa kita menempatkan
skenario tersebut. Itu semua di Lemhannas sudah biasa kita lakukan,” kata Ace dalam jumpa pers di Jakarta pada Senin, 23 Juni 2025, seperti dikutip dari Antara.
Ace menuturkan jenis kajian Lemhannas terdiri atas kajian cepat, menengah, dan jangka panjang. Hasil kajian tersebut disampaikan sebagai masukan kepada pemerintah, terutama Presiden Prabowo Subianto.
Konflik Iran dan Israel memanas setelah Amerika Serikat mengebom fasilitas nuklir Iran pada Sabtu malam, 21 Juni 2025. Iran dan Israel kembali saling serang dengan intensitas lebih tinggi dari biasanya dan berlangsung siang hari pada Senin siang, 23 Juni 2024.
Selama konflik Iran dan Israel bergejolak, Ace mengatakan lembaganya telah melakukan monitoring. Lemhannas juga secara intens memberikan maupun menyusun berbagai masukan.
“Tentu itu semua (masukan) harus kami sampaikan bahwa itu pasti tertutup karena sebagaimana yang diatur oleh regulasi, apa yang dimasukkan oleh Lemhannas kepada pemerintah sifatnya tertutup,” tuturnya.
Lemhannas juga menyampaikan perkembangan berkala situasi dunia kepada pemerintah dan Presiden. “Tentu kami menyampaikan secara update terhadap situasi perkembangan dari dinamika geopolitik, kemudian geoekonomi global, dan pengaruhnya terhadap ketahanan nasional kita, terutama aspek ekonomi,” ucap mantan anggota DPR dari Partai Golkar itu.
Dampak Penutupan Selat Hormuz Dibahas dalam JGF 2025
Ace menyebutkan dampak penutupan Selat Hormuz di Iran akan turut dibahas dalam Jakarta Geopolitical Forum (JGF) IX Tahun 2025. “Ini pertanyaan yang juga saya kira sangat relevan, akan menjadi bahan pembahasan dan diskusi di dalam forum JGF ini,” kata Ace saat konferensi pers JGF 2025 di Jakarta, Senin.
Pada Ahad, 22 Juni 2025, Parlemen Iran menyetujui penutupan Selat Hormuz. Menurut Ace, Selat Hormuz merupakan salah satu selat yang menjadi jalur logistik internasional, utamanya minyak dunia. Hampir 30 persen dari jalur logistik minyak dunia melalui selat tersebut.
“Dan sejauh mana Indonesia selama ini juga mendapatkan pasokan perdagangan energi atau minyak tersebut, tentu nanti akan dibahas di dalam JGF besok (Selasa),” katanya.
Perang antara Iran dan Israel dikhawatirkan berdampak pada kebutuhan energi dalam negeri. Langkah-langkah antisipatif dan mitigasi yang dapat dilakukan pemerintah menanggapi kondisi geopolitik itu juga akan dibahas dalam forum tahunan Lemhannas ini.
Jakarta Geopolitical Forum tahun ini mengambil tema fragmentasi ekonomi dan ketahanan energi. Lemhannas menilai tema itu penting karena menyangkut salah satu poin Asta Cita Presiden Prabowo, yakni ketahanan energi.
Lemhannas juga menilai tema tersebut relevan dengan situasi geopolitik global yang sedang mengalami gejolak dan ketidakpastian. Ketahanan energi diyakini menjadi salah satu isu yang perlu dicarikan jalan keluarnya di tengah situasi demikian.
Forum yang digelar pada tanggal 24-25 Juni 2025 itu akan mempertemukan para pengambil kebijakan, akademisi, pengusaha, hingga lembaga think tank (organisasi penelitian/analisis). Lemhannas menyatakan perwakilan dari negara-negara seperti Australia, Cina, Mesir, Jepang, Rusia, Inggris, hingga Vietnam telah mengonfirmasi kehadirannya dalam forum itu.
Sumber: Tempo.co