• Beranda
  • Profil
    • Tentang AHS
    • Biodata Singkat (Indonesia)
    • Biodata Singkat (English)
  • Kegiatan
  • Berita
  • Opini
  • Konferensi Pers
    • online
  • Akademik
    • Tugas kuliah
    • Bahan Kuliah
    • Buku
    • Belajar Online
  • Galeri
    • Foto
    • Video
  • Hasil Seleksi
    • Beasiswa
    • Pelatihan Vokasi
  • Kontak
Selasa, November 18, 2025
  • Beranda
  • Profil
    • Tentang AHS
    • Biodata Singkat (Indonesia)
    • Biodata Singkat (English)
  • Kegiatan
  • Berita
    Gagas ‘Sekolah Rakyat’ di Pengajian Akbar, Ace Hasan: Pendidikan Bukan Cuma Milik Orang Berkemampuan

    Gagas ‘Sekolah Rakyat’ di Pengajian Akbar, Ace Hasan: Pendidikan Bukan Cuma Milik Orang Berkemampuan

    Lemhannas: Studi Agama Perkuat Semangat Kebangsaan

    Lemhannas: Studi Agama Perkuat Semangat Kebangsaan

    Dies Natalis ke-68 UIN Jakarta: Gubernur Lemhannas Tb Ace Hasan Syadzily Tegaskan Kontribusi Alumni untuk Indonesia

    Dies Natalis ke-68 UIN Jakarta: Gubernur Lemhannas Tb Ace Hasan Syadzily Tegaskan Kontribusi Alumni untuk Indonesia

    Gubernur Lemhannas Harap Hoegeng Awards Berlanjut: Jadi Motivasi Anggota Polri

    Gubernur Lemhanas Dukung Adhyaksa Awards Digelar Rutin: Memotivasi Jaksa

    Untirta Sambut Antusias Lemhannas RI Goes to Campus

    Untirta Sambut Antusias Lemhannas RI Goes to Campus

    Lemhanas Ajukan Tambahan Anggaran Rp312 Miliar

    Lemhanas Ajukan Tambahan Anggaran Rp312 Miliar

    Trending Tags

    • Opini
    • Konferensi Pers
      • online
    • Akademik
      • Tugas kuliah
      • Bahan Kuliah
      • Buku
      • Belajar Online
    • Galeri
      • Foto
      • Video
    • Hasil Seleksi
      • Beasiswa
      • Pelatihan Vokasi
    • Kontak
    No Result
    View All Result
    Ace Hasan Syadzily
    • Beranda
    • Profil
      • Tentang AHS
      • Biodata Singkat (Indonesia)
      • Biodata Singkat (English)
    • Kegiatan
    • Berita
      Gagas ‘Sekolah Rakyat’ di Pengajian Akbar, Ace Hasan: Pendidikan Bukan Cuma Milik Orang Berkemampuan

      Gagas ‘Sekolah Rakyat’ di Pengajian Akbar, Ace Hasan: Pendidikan Bukan Cuma Milik Orang Berkemampuan

      Lemhannas: Studi Agama Perkuat Semangat Kebangsaan

      Lemhannas: Studi Agama Perkuat Semangat Kebangsaan

      Dies Natalis ke-68 UIN Jakarta: Gubernur Lemhannas Tb Ace Hasan Syadzily Tegaskan Kontribusi Alumni untuk Indonesia

      Dies Natalis ke-68 UIN Jakarta: Gubernur Lemhannas Tb Ace Hasan Syadzily Tegaskan Kontribusi Alumni untuk Indonesia

      Gubernur Lemhannas Harap Hoegeng Awards Berlanjut: Jadi Motivasi Anggota Polri

      Gubernur Lemhanas Dukung Adhyaksa Awards Digelar Rutin: Memotivasi Jaksa

      Untirta Sambut Antusias Lemhannas RI Goes to Campus

      Untirta Sambut Antusias Lemhannas RI Goes to Campus

      Lemhanas Ajukan Tambahan Anggaran Rp312 Miliar

      Lemhanas Ajukan Tambahan Anggaran Rp312 Miliar

      Trending Tags

      • Opini
      • Konferensi Pers
        • online
      • Akademik
        • Tugas kuliah
        • Bahan Kuliah
        • Buku
        • Belajar Online
      • Galeri
        • Foto
        • Video
      • Hasil Seleksi
        • Beasiswa
        • Pelatihan Vokasi
      • Kontak
      No Result
      View All Result
      Ace Hasan Syadzily
      No Result
      View All Result
      Home Berita Terkini OPINI

      KESEHATAN MENTAL BANGSA

      ocit oke by ocit oke
      17 November 2025
      in OPINI
      0
      Gubernur Lemhanas RI: UMKM Pilar Ketahanan Ekonomi dan Sosial Nasional
      0
      SHARES
      1
      VIEWS
      Share on FacebookShare on Twitter

      oleh: Ace Hasan Syadzily ( Gubernur Lemhannas RI)

      Lanskap seperti ini tak bisa dikesampingkan karena terkait daya tahan warga negara kita. Ketahanan individu bangsa kita harus teruji di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ini.

      Ada satu dimensi yang sering luput, padahal itu menjadi penentu bagi sebuah bangsa agar terus tegak berdiri, atau justru runtuh dari dalam, yaitu kesehatan mental warga negaranya.

      Ketahanan nasional yang kokoh harus berakar pada ketahanan pribadi. Di sini, sedikitnya ada tiga dimensi penting.

      Pertama, ketahanan emosional. Yaitu kemampuan mengelola perasaan dalam situasi apa pun, baik saat berada di bawah tekanan, konflik, maupun krisis.

      Individu yang matang secara emosional tidak mudah tersulut provokasi, tidak gampang putus asa, dan memiliki kapasitas untuk bangkit kembali setelah jatuh. Inilah yang dalam literatur sering disebut sebagai resiliensi (Masten, 2014).

      Kedua, ketahanan sosial: kemampuan membangun relasi yang sehat dan saling percaya dengan orang lain.

      Di sinilah nilai gotong royong, empati, dan solidaritas bekerja sebagai modal psikososial bangsa.

      Modal sosial yang kuat terbukti menurunkan potensi konflik dan mempercepat pemulihan saat terjadi bencana atau krisis (Putnam, 2000).

      Lanskap seperti ini tak bisa dikesampingkan karena terkait daya tahan warga negara kita.

      Ketahanan individu bangsa kita harus teruji di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ini.

      Ada satu dimensi yang sering luput, padahal itu menjadi penentu bagi sebuah bangsa agar terus tegak berdiri, atau justru runtuh dari dalam, yaitu kesehatan mental warga negaranya.

      Ketahanan nasional yang kokoh harus berakar pada ketahanan pribadi. Di sini, sedikitnya ada tiga dimensi penting.

      Pertama, ketahanan emosional. Yaitu kemampuan mengelola perasaan dalam situasi apa pun, baik saat berada di bawah tekanan, konflik, maupun krisis.

      Individu yang matang secara emosional tidak mudah tersulut provokasi, tidak gampang putus asa, dan memiliki kapasitas untuk bangkit kembali setelah jatuh.

      Inilah yang dalam literatur sering disebut sebagai resiliensi (Masten, 2014).

      Kedua, ketahanan sosial: kemampuan membangun relasi yang sehat dan saling percaya dengan orang lain.

      Di sinilah nilai gotong royong, empati, dan solidaritas bekerja sebagai modal psikososial bangsa.

      Modal sosial yang kuat terbukti menurunkan potensi konflik dan mempercepat pemulihan saat terjadi bencana atau krisis (Putnam, 2000).

      Ketiga, ketahanan moral dan ideologis: kemampuan mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila dan jati diri bangsa di tengah arus ideologi transnasional, konsumerisme, dan hedonisme digital.

      Individu yang sehat mentalnya akan lebih mampu memilah informasi, menjaga integritas, dan tidak mudah terseret pada paham radikal dan destruktif.

      Pertanyaannya, kemudian, bagaimana menjadikan kesehatan mental sebagai agenda strategis negara, bukan sekadar kegiatan seremonial atau program proyek jangka pendek?

      Pertama, pendidikan kesehatan mental sejak dini perlu menjadi bagian integral kurikulum. Anak-anak dan remaja tidak hanya belajar berhitung dan menghafal, tetapi juga dilatih mengelola emosi, mengembangkan empati, menyelesaikan konflik, dan mengenali kapan mereka membutuhkan bantuan.

      Pendekatan ini sejalan dengan paradigma pembangunan manusia seutuhnya (Bronfenbrenner, 1979). Kedua, kita harus mengikis stigma.

      Di banyak keluarga, mengaku lelah secara mental masih dianggap kelemahan Iman atau kurang syukur.

      Di sekolah dan tempat kerja, datang ke psikolog kadang dipandang sebagai tanda “tidak normal”. Padahal, mencari bantuan justru tanda kedewasaan.

      Budaya terbuka terhadap isu kesehatan mental perlu dibangun di rumah, sekolah, kampus, kantor, hingga ruang publik.

      Ketiga, kapasitas profesional perlu diperkuat, tetapi pendekatan berbasis komunitas tidak boleh dilupakan.

      Tenaga psikolog, psikiater, konselor sekolah, pekerja sosial, penyuluh agama, hingga tokoh adat perlu bergerak bersama sebagai jaringan pendukung kesehatan jiwa di tingkat paling dekat dengan warga.

      Keempat, kita memerlukan kebijakan nasional yang mengarusutamakan kesehatan mental ke seluruh sektor pembangunan —pendidikan, ketenagakerjaan, perumahan, transportasi, hingga keamanan.

      Kesehatan mental tidak bisa hanya dibebankan pada satu kementerian. Ia harus menjadi bagian dari perencanaan pembangunan jangka panjang.

      Kelima, kita mesti menggali kembali nilai-nilai resiliensi khas Indonesia: gotong royong, kekeluargaan, kesederhanaan, dan religiusitas yang menenteramkan.

      Nilai-nilai ini perlu diterjemahkan ke dalam program-program nyata, bukan hanya slogan.

      Di banyak daerah, kearifan lokal terbukti efektif menjadi penyangga kesehatan mental masyarakat dalam situasi krisis (Koentjaraningrat, 2009).

      Keenam, ketahanan digital harus menjadi prioritas baru.

      Tantangan kesehatan mental generasi muda hari ini banyak lahir dari layar gawai: perbandingan sosial di media sosial, cyberbullying, hoaks, hingga adiksi gim dan konten instan.

      Pendidikan literasi digital yang memuat aspek psikologis dan etika tak bisa ditunda (Livingstone & Helsper, 2019).

      Pengaturan yang bijak atas akses media sosial bagi anak juga menjadi bagian dari perlindungan generasi masa depan.

      Melalui langkah-langkah tersebut, kita sedang membangun bukan hanya sistem layanan kesehatan mental, tetapi juga ekosistem yang membuat setiap warga merasa diakui, didengar, dan didampingi.
      Itulah fondasi ketahanan nasional yang sesungguhnya.

      Previous Post

      Kepahlawanan

      Related Posts

      Kepahlawanan
      OPINI

      Kepahlawanan

      10 November 2025
      Memperkuat Ketahanan Komunitas
      OPINI

      Memperkuat Ketahanan Komunitas

      3 November 2025
      Lemhannas: Perlu evaluasi soal lulusan pendidikan siswa barak militer
      OPINI

      DIPLOMASI PRESIDEN PRABOWO

      27 Oktober 2025
      Gubernur Lemhanas Akan Beri Masukan ke Presiden Soal Polemik 4 Pulau
      OPINI

      KESADARAN GEOPOLITIK

      27 Oktober 2025
      Gubernur Lemhannas sebut pengaktifan Wakil Panglima TNI langkah tepat
      OPINI

      Lemhanas Ingatkan Keterbukaan Informasi Tanpa Ketahanan Digital Bisa Jadi Ancaman

      14 Oktober 2025
      Kang Ace Kalem Tapi “Nyaan”
      OPINI

      Kang Ace Kalem Tapi “Nyaan”

      7 Februari 2022

      Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

      Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

      • Trending
      • Comments
      • Latest
      Mengedepankan Islam substantif dalam bernegara

      Mengedepankan Islam substantif dalam bernegara

      4 Oktober 2018
      Kang Haji Ace Hasan Syadzily: Ngora, Nyunda, Nyantri, Nyakola

      Kang Haji Ace Hasan Syadzily: Ngora, Nyunda, Nyantri, Nyakola

      5 September 2018
      Urbanisasi dan Kesenjangan Kota-Desa

      Urbanisasi dan Kesenjangan Kota-Desa

      11 Maret 2018
      Arafah, Haji, dan Kemanusiaan Kita

      MELAYANI TAMU ALLAH : Catatan Penyelenggaraan Haji Tahun 2018

      4 September 2018
      Meningkatkan Profesionalitas Pekerja Sosial

      Meningkatkan Profesionalitas Pekerja Sosial

      3
      Arafah, Haji, dan Kemanusiaan Kita

      MELAYANI TAMU ALLAH : Catatan Penyelenggaraan Haji Tahun 2018

      1
      Ratusan Warga Terdampak Kebakaran TPAS Sarimukti Terima Bantuan Sembako

      Ratusan Warga Terdampak Kebakaran TPAS Sarimukti Terima Bantuan Sembako

      1
      Keren Pisan, “Bapak Bansos” Kang Haji Ace Salurkan Bansos Rp. 173 Miliar di Bandung Barat

      Keren Pisan, “Bapak Bansos” Kang Haji Ace Salurkan Bansos Rp. 173 Miliar di Bandung Barat

      1
      Gubernur Lemhanas RI: UMKM Pilar Ketahanan Ekonomi dan Sosial Nasional

      KESEHATAN MENTAL BANGSA

      17 November 2025
      Kepahlawanan

      Kepahlawanan

      10 November 2025
      Gagas ‘Sekolah Rakyat’ di Pengajian Akbar, Ace Hasan: Pendidikan Bukan Cuma Milik Orang Berkemampuan

      Gagas ‘Sekolah Rakyat’ di Pengajian Akbar, Ace Hasan: Pendidikan Bukan Cuma Milik Orang Berkemampuan

      9 November 2025
      Memperkuat Ketahanan Komunitas

      Memperkuat Ketahanan Komunitas

      3 November 2025

      Recent News

      Gubernur Lemhanas RI: UMKM Pilar Ketahanan Ekonomi dan Sosial Nasional

      KESEHATAN MENTAL BANGSA

      17 November 2025
      Kepahlawanan

      Kepahlawanan

      10 November 2025
      Gagas ‘Sekolah Rakyat’ di Pengajian Akbar, Ace Hasan: Pendidikan Bukan Cuma Milik Orang Berkemampuan

      Gagas ‘Sekolah Rakyat’ di Pengajian Akbar, Ace Hasan: Pendidikan Bukan Cuma Milik Orang Berkemampuan

      9 November 2025
      Memperkuat Ketahanan Komunitas

      Memperkuat Ketahanan Komunitas

      3 November 2025

      instaragram

      Ace Hasan Syadzily

      ACE HASAN SYADZILY, dengan nama lengkap Tubagus Ace Hasan Syadzily, lahir di Pandeglang Banten 19 September 1976. Lahir dari pasangan KH Tb A. Rafei Ali dan Hj Siti Sutihat. Dibesarkan dalam tradisi Pesantren yang kental dan aktivitas politik yang sangat kuat.

      Browse by Category

      • Berita Terkini
      • kegiatan
      • News
      • OPINI

      Recent News

      Gubernur Lemhanas RI: UMKM Pilar Ketahanan Ekonomi dan Sosial Nasional

      KESEHATAN MENTAL BANGSA

      17 November 2025
      Kepahlawanan

      Kepahlawanan

      10 November 2025

      copyright © 2018 ace-hasan.com web by ocitraz

      No Result
      View All Result
      • Beranda
      • Profil
        • Tentang AHS
        • Biodata Singkat (Indonesia)
        • Biodata Singkat (English)
      • Kegiatan
      • Berita
      • Opini
      • Konferensi Pers
        • online
      • Akademik
        • Tugas kuliah
        • Bahan Kuliah
        • Buku
        • Belajar Online
      • Galeri
        • Foto
        • Video
      • Hasil Seleksi
        • Beasiswa
        • Pelatihan Vokasi
      • Kontak

      copyright © 2018 ace-hasan.com web by ocitraz

      Login to your account below

      Forgotten Password?

      Fill the forms bellow to register

      All fields are required. Log In

      Retrieve your password

      Please enter your username or email address to reset your password.

      Log In