Tindakan brutal tahanan teroris di Mako Brimob, Depok, Jabar mengagetkan sekaligus mengingatkan bahaya radikalisme perlu terus diwaspadai. Pasalnya, menurut politisi Partai Golkar yang juga Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Tb Ace Hasan Syadzily, aksi terorisme itu dapat terjadi dimanapun dan kapan saja. Berikut penjelasan lengkapnya.
Menurut anda apa yang harus dilakukan kepolisian atas peristiwa brutalnya napi teroris di Mako Brimob?
Kita harus memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap kemungkinan munculnya aksi terorisme. Aksi terorisme itu dapat terjadi dimanapun dan kapan saja. Tidak hanya di tempat-tempat keramaian tetapi juga di tempat strategis kenegaraan, termasuk juga di obyek vital keamanan negara. Bayangkan, di jantung markas pasukan elit kepolisian yang menjaga keamanan negara saja para terorisme bisa dilakukan oleh mereka.
Para teroris ini memiliki ideologi siap mati. Dalam hidup mereka sudah ada ajaran bahwa lebih baik mati sebagai syahid daripada hidup dengan menilai kehidupan dunia yang dianggapnya jauh dari ajaran agama yang mereka pahami. Itulah faham radikalisme agama. Mereka selalu merasa paling benar sehingga bagi siapapun yang memiliki pemahaman agama yang berbeda sah untuk melakukan tindakan apapun, termasuk membunuh sesama agama.
Perlukah kepolisian melakukan tindakan lebih keras tanpa ampun terhadap teroris? Bukanlah mereka juga berperilaku tidak berperikemanusiaan?
Kepolisian harus bertindak tegas kepada pelaku terorisme. Teroris harus diperlakukan secara berbeda, termasuk ditempatkan dalam tahanan yang berbeda pula.
Perlukah TNI dilibatkan dalam penanganan teroris ini?
Soal pelibatan TNI dalam pemberantasan terorisme sangat penting sebagai komponen alat Keamanan negara. Namun demikian, tetap Kepolisian sebagai institusi keamanan negara harus yang paling terdepan. Pelibatan TNI dalam kasus terorisme dalam kaitan dengan aksi terorisme yang dinilai mengganggu sendi-sendi pertahanan negara dan melibatkan jaringan Internasional.
Menurut anda mengapa terorisme seperti terus tumbuh di Indonesia?
Terorisme masih sangat mungkin tumbuh di negara kita. Selagi masih ada pemahaman ajaran agama, agama manapun yang salah, terorisme akan selalu ada. Selain itu, faktor ekonomi dan ketidakadilan juga dapat mempengaruhi bagi tumbuhnya ketidakpuasan terhadap kondisi tersebut sehingga dapat mendorong lahirnya tindakan yang tidak bertanggungjawab. Faktor ketidakadilan dalam tatanan dunia global dapat melahirkan tindakan perlawanan yang mengarah pada terorisme.
Perlukah bahaya terorisme menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah?
Di sekolah-sekolah harus diajarkan pemahaman agama yang toleran dan moderat. Apa yang telah dikemukakan para cendekiawan muslim kita yang mengedepankan Islam Washatiyah, Islam yang moderat, toleran, dan inklusif harus diajarkan kepada anak-anak kita. Jangan kita membiarkan bibit radikalisme tumbuh bersemi di bangku-bangku sekolah dengan mengajarkan Islam yang tidak toleran, tidak mengakui adanya perbedaan dan kemajemukan. Kita harus terus menggemakan Islam Rahmat lil alamin.
Bagaimana sikap dan pandangan Golkar terhadap terorisme?
Partai Golkar sangat mengecam dan mengutuk tindakan terorisme. Terorisme bukanlah ajaran agama yang mulia. Tindakan terorisme menyalahi nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Tindakan itu merupakan tindakan yang tidak bertanggungjawab. Sebagai partai yang berideologi nasionalis dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama, Partai Golkar akan selalu menjunjung tinggi kebhinekaan dalam bingkai NKRI dengan landasan nilai-nilai Ketuhanan.(dia)
Sumber : http://reliji.com