Jakarta – Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, Tubagus Ace Hasan Syadzily (Kang Ace) mendorong pesantren menjadi pusat pembangunan ekonomi. Sehingga para santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, tapi juga dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha. .
“Alhamdulilah santri di Pesantren Progresif RPK Ulfiah ini telah berhasil membuat kerajinan dalam bentuk sepatu. Sehingga pesantren ini mampu menjadi contoh dalam membangun kemandirian ekonomi bagi para santrinya,” katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/4/2023).
Hal tersebut ia sampaikan saat bersilaturahmi dengan Imam Tajug dan Guru Ngaji di Ponpes Progresif RPK Ulfiyah Kabupaten Indramayu, Jumat (14/4) malam.
Menurut Kang Ace, kehadiran pesantren yang mampu membangun kemandirian bagi para santrinya seperti dicontohkan oleh Ponpes Progresif RPK Ulfiah adalah hal yang sangat positif. Karena sejalan dengan tiga fungsi pesantren yakni sebagai lembaga pendidikan, lembaga dakwah dan lembaga pemberdayaan ekonomi.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI itu menyebutkan pihaknya terus mendorong hadirnya beberapa prinsip dalam kekuatan ajaran pesantren berbasis Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang penting bagi pembangunan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Yakni sikap tawazun (seimbang), tawassuth (jalan tengah), tasamuh (toleran) dan i’tidal (adil).
“Sehingga Islam yang ditampilkan bukan Islam yang marah tetapi Islam yang ramah,” tuturnya.
Di sisi lain, Kang Ace juga mengingatkan pentingnya berpolitik dalam rangka menjaga agama dengan prinsip-prinsip Ahlussunnah Waljamaah.
“Saya ingin mengatakan politik itu penting bahkan sangat penting. Hal itu telah ditunjukkan oleh pendahulu kita untuk terjun ke politik dengan landasan untuk menjaga agama dan membangun kemaslahatan,” katanya.
Dia menilai politik itu hadir untuk menjawab tuntutan dan kepentingan manusia serta merespons berbagai dinamika kehidupan. Karena itu setiap pengambilan keputusan harus memenuhi kriteria kepentingan umum (maslahah ‘ammah) yang dibenarkan dan selaras dengan nilai-nilai agama.
“Ajaran agama kita telah mensyaratkan pentingnya sebuah imarah atau kepemimpinan politik yang mengatur urusan duniawi dan menjaga agama (hirasatud din wa siyasatud dunya),” katanya. .
Kalau dunia politik itu tidak diisi oleh mereka yang ‘li islahil ‘ammah’, kata dia, maka akan timbul kerusakan. Hal ini yang menjadi alasan Partai Golkar memegang teguh prinsip ‘tashorruf al-Imam ala ar-ra’iyah manuthun bi al-maslahah’ yakni kebijakan pemerintah atas rakyat yang didasarkan pada prinsip kemaslahatan.
“Kita berpolitik itu hendaknya bukan karena aspek agama tertentu. Muslim non muslim, suku atau apa saja tapi harus didasarkan atas manuthun bi al-maslahah (prinsip-prinsip kemaslahatan),” papar Kang Ace.
Ia menegaskan, niat berpolitik itu harus ‘li islahil ammah’. Sebab Indonesia dibangun atas dasar prinsip kesepakatan dalam rangka membangun kesejahteraan bersama, tanpa memandang suku agama dan golongan apapun.
“Negara kita itu kuat karena kesepakatan atau istilah Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin sebagai Darul Mitsaq (negara kesepakatan) yang dilakukan para pendiri bangsa (founding fathers) yang di antaranya adalah ulama dan tokoh Islam,” ujarnya.
Sumber: detik.com