Jakarta – Indonesia saat ini berada di persimpangan penting dalam sejarahnya. Di tengah kompleksitas tantangan global, penguatan karakter bangsa menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi.
Hal tersebut seperti disampaikan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Gubernur Lemhanas) RI Ace Hasan Syadzily.
Dia mengatakan, revolusi mental, yang kini diteruskan sebagai penguatan karakter dan jati diri bangsa dalam konsep Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, menjadi jawaban atas krisis nilai yang menghambat kemajuan bangsa.
Menurut Ace Hasan Syadzily, fokusnya adalah mengubah cara berpikir masyarakat menjadi lebih baik, tidak hanya demi kepentingan pribadi, tetapi juga demi kepentingan bangsa dan negara.
“Revolusi mental sebagai sebuah gerakan sangat tepat untuk terus dikuatkan. Konsep ini secara umum ditujukan untuk mengubah cara berpikir dan bertindak masyarakat menjadi lebih baik demi terwujudnya Indonesia yang kuat,” ujar Ace, melalui keterangan tertulis, Senin (30/12/2024).
Meski begitu, Ace mengakui tantangan yang dihadapi saat ini tidak ringan. Ia pun mencotohkan terkait birokrasi yang di beberapa bagiannya masih rumit dan pada akhirnya sering kali menjadi lahan subur bagi praktik-praktik ilegal.
“Hal seperti ini tidak hanya akan menghambat pembangunan, tetapi juga menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Ini harus dibersihkan,” kata Ace.
Dia menjelaskan, Presiden Prabowo Subianto, dalam Asta Cita yang menjadi panduan arah pemerintahannya pun memberikan perhatian khusus pada penguatan nilai-nilai karakter dan jati diri bangsa.
“Salah satu implementasinya adalah pemberantasan korupsi sebagai upaya menciptakan pemerintahan yang bersih dan jujur,” papar Ace
Ace menjelaskan, mengapa pemerintahan yang bersih dan jujur perlu ditekankan, karena Presiden Prabowo mengungkapkan terjadi kebocoran yang mencapai 30 persen karena perilaku-perilaku korup.
“Kebocoran ini tidak hanya merugikan negara secara finansial, tetapi juga menunda berbagai program pembangunan yang seharusnya dapat segera dirasakan manfaatnya oleh rakyat,” ucap dia.
Langkah strategis yang ditawarkan, lanjut Ace, adalah penguatan karakter dan jati diri. Dengan membangun karakter bangsa yang kuat, kata dia, pola pikir jangka pendek yang hanya berorientasi pada keuntungan pribadi dapat digantikan oleh visi jangka panjang yang berorientasi pada kemajuan bersama.
“Dalam persaingan global, pola pikir seperti ini sangat dibutuhkan. Birokrasi yang sederhana, efisien, dan bersih adalah kunci untuk menarik investasi, yang pada gilirannya akan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan transaksi ekonomi, dan memperkuat pendapatan negara melalui pajak,” terang Ace.
Menurut dia, perilaku korup menjadikan Indonesia kalah bersaing dengan negara-negara seperti Malaysia dan Vietnam dalam hal menarik investor.
“Penyebabnya adalah proses investasi yang dinilai masih berbelit-belit, salah satunya investor dihadapkan pada permintaan fee atau komisi sebelum modal ditanamkan,” ucap Ace.
“Pola pikir yang mengedepankan keuntungan instan ini tidak hanya merugikan investor, tetapi juga menghambat perkembangan ekonomi,” sambung dia.
Sumber: Liputan6.com