JAKARTA – Geliat partai politik (parpol) pendukung Joko Widodo (Jokowi) untuk menjodohkan jagoannya dengan calon petahana itu semakin kentara. Bahkan, Jokowi terkesan hati-hati dalam menentukan sosok calon wakil presiden (cawapres)-nya.
Disinyalir bukan hanya sekadar kemenangan, melainkan agar koalisi partai pendukungnya meliputi Golkar, Hanura, PPP, PDIP, NasDem dan Perindo tetap solid dalam menyongsong pemilihan presiden (Pilpres) 2019.
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily pun memastikan partainya tetap mendukung Jokowi di Pilpres 2019 meski ketua umumnya, Airlangga Hartarto, tidak dipilih sebagai calon wakil presiden.
“Ya, kami masih tetap mendukung karena dukungan kami kepada Jokowi, kan, karena dukungan visi yang sama tentang kebangsaan,” kata Ace saat dihubungi, Rabu (9/5/2018).
Ia menambahkan, yang terpenting bagi Golkar saat ini ialah memastikan dukungan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta itu di Pilpres 2019 bisa efektif. Oleh karenanya, partai berlambang beringin itu sedang merancang strategi khusus agar Jokowi bisa keluar mejadi pemenang dalam perhelatan pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PPP Achmad Baidowi mengatakan, pihaknya akan tetap mendukung Jokowi, meski Ketua Umum PPP Romahurmuziy tak dipilih menjadi cawapres. Tapi, ia mengimbau kepada Jokowi agar tetap memperhatikan kriteria yang disodorkan, jika pada akhirnya tak memilih kadernya sebagai cawapres.
“Yang penting memenuhi kriteria calon wakil presiden yang kita usulkan, siapapun dia, tidak harus Ketum PPP,” kata Baidowi.
Ia menjelaskan kriteria yang sudah diberikan kepada Jokowi. Di antaranya adalah tokoh Islami, santri dan dekat dengan agama. Menurutnya, bila kriteria tersebut diabaikan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta itu, ia mengkhawatirkan bakal menelan kekalahan dalam pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
“Kalau ternyata kriteria yang kita usulkan itu diabaikan oleh Pak Jokowi, kita khawatir kalah saja, gitu. Misalkan kaitannya dengan ya menurut Islam, santri, dekat dengan agama. Kalau itu diabaikan, saya khawatir saja. Jangan sampai kita kalah pokoknya,” tegasnya.
Sedangkan, Sekjen Partai NasDem, Johnny G Plate menyerahkan keputusan nama cawapres kepada Jokowi. Pihaknya tak akan merecoki ihwal nama pendamping Jokowi dalam perhelatan pesta demokrasi mendatang.
“Kami myakini bahwa cawapresnya sudah ada di kantong bapak presiden,” kata Johnny.
Ketika disinggung apakah NasDem menyodorkan nama kepada Jokowi, lanjut dia, pihaknya menampik kabar tersebut. Ia meyakini kalau pilihan dari beliau akan sejalan dengan partai besutan Surya Paloh tersebut.
“Kan sudah mnyerahkan ke Pak Jokowi, pada capres, dan kami meyakini siapapun yang dipilih cawapresnya Pak Jokowi nanti itu pasti yang sejalan, yang juga memenuhi harapan kami,” ujarnya.
Sementara Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens mengatakan, Jokowi harus mengambil sosok cawapres yang dapat merangkul seluruh partai pendukung. Ia melihat seluruh partai koalisi Jokowi belum satu suara ihwal nama pendampingnya pada pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Ia mengkhawatirkan bila tak satu suara, maka akan terjadi pecahnya koalisi.
“Ini jadi pertimbangan serius untuk Pak Jokowi dan itu cukup rumit. Semua (parpol) punya kemampuan untuk mendulang suara dan elektabilitas,” kata Boni.
Boni sedikit memberikan imbauan, sebaiknya mantan Wali Kota Solo itu memilih wakil yang berasal dari tokoh Islam. Ia memperkirakan dalam Pilpres nanti akan terjadi pertarungan antara Jokowi dengan massa radikalisme. Oleh karenanya, untuk mendulang pundi-pundi suara, sosok cawapres yang bernunsa keislaman menjadi syarat mutlak.
“Saya pikir orang yang punya kemampuan memanajemen kelompok islam politik, orang itu pokoknya punya komunikasi politik yang baik dengan ormas-ormas Islam dan punya posisi strategis,” tukasnya.
Sumber : okezone.com