Partai Golkar berupaya memulihkan kepercayaan dari masyarakat menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.
Partai berlambang pohon beringin itu sempat mengalami permasalahan, karena sejumlah kader tersangkut kasus korupsi.
Ketua DPP Partai Golkar, Tb Ace Hasan Syadzily, mengaku setelah terjadi musyawarah nasional luar biasa (munaslub) mengganti ketua umum dari Setya Novanto ke Airlangga Hartarto, elektabilitas partai itu mengalami penurunan.
“Pasca munaslub Partai Golkar cenderung menurun. Sebagaimana yang kita ketahui, isu korupsi sangat luar biasa. Kami menyadari isu sangat mempengaruhi elektabilitas partai. Dan ini terkonfirmasi dari hasil-hasil survei,” kata dia, saat menghadiri acara penyampaian hasil survei Roda Tiga Konsultan di Jakarta Selatan, Kamis (10/5/2018).
Untuk itu, dia mengaku, sisa waktu selama tiga bulan sampai pendaftaran calon presiden-wakil presiden pada Agustus mendatang, pihaknya akan bekerja semaksimal mungkin menarik hati dari masyarakat.
Apalagi, dia menilai, masih ada sekitar 22 persen swing voters (yang pilihannya mungkin berubah). Menurut dia, swing voters merupakan peluang Partai Golkar meraup suara. Untuk itu, kata dia, partai berupaya memulihkan kepercayaan masyarakat.
“Masih terbuka lebar. Catatan, kami ialah bagaimana menaikkan elektabilitas dan citra partai,” kata dia.
Sampai saat ini, dia menegaskan, sikap masih mendukung Presiden incumbent Joko Widodo. Dia menilai, memilih Jokowi merupakan pilihan tepat, sebab jika tidak mendukung pemerintah bukan tidak mungkin malah elektabilitas partai itu akan terjun bebas.
Adapun, untuk calon wakil presiden, dia menyerahkan sepenuhnya kepada mantan gubernur DKI Jakarta itu memilih pilihan yang akan mendampingi selama lima tahun pemerintahan ke depan.
“Andai Partai Golkar tidak mendukung pemerintah pasti akan sama seperti Partai Demokrat yang pernah mencapai 4 persen,” katanya.
Sumber: Tribunnews.com