Ketua DPP Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily mengatakan Idul Fitri adalah muara dari dua dimensi yang saling mengisi dan bersifat integratif, yaitu dimensi vertikal-spiritual dan dimensi horizontal-sosial. Hal ini dikatakannya dalam khutbah Salat Idul Fitri di Masjid Syajaratun Thayyibah, Kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (5/6/2019).
“Artinya, pribadi muslim dituntut untuk dapat mengintegrasikan dan mempersatukan aspek ketaqwaan kepada Allah yang sangat personal dengan sikap dan perilaku sosial yang saling berbagi dan peduli dalam kehidupan sosial. Inilah yang sering disebut sebagai perpaduan antara kesalehan individual dan kesalehan sosial,” ujar Ace.
Dia mengatakan, setiap umat Islam memang diperintahkan Allah SWT untuk bersyahadat, shalat, puasa, dan untuk menunaikan zakat. “Kita memang diperintahkan untuk senantiasa berzikir dalam kesendirian dan kesunyian dengan shalat dan berdoa, namun kita pula dituntut selalu peduli dan berbagi antar sesama dengan menunaikan zakat sebagai bentuk rasa kasih sayang,” ujar Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI ini.
Ace melanjutkan, apa artinya shalat dan ibadah yang rajin dan taat, kalau tidak memiliki kepedulian dan solidaritas sosial diantara kita semua. Dia menambahkan, dengan menghayati dan mengamalkan makna terdalam dan hakikat ibadah puasa dan ibadah zakat, maka sesungguhnya kita dapat mencapai maqom pribadi muslim yang excellent, paripurna (insan kamil), pribadi yang selalu bertaqwa kepada Allah.
“Pribadi itulah yang termasuk dalam kelompok orang-orang yang kembali dalam kesucian dan kemenangan (minal aidin wal faizin),” katanya.
Dalam kesempatan itu, Ace menuturkan bahwa Indonesia adalah negara besar dan kaya raya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Namun, kata dia, masyarakat masih belum dapat mendayagunakan dan memanfaatkan (tasharruf) potensi kekayaan tersebut dengan sebaik-baiknya dengan kerja keras dan ikhtiar. Kerja keras dan ikhtiar ini implementasi dari rasa syukur kepada Allah.
“Oleh karena itu, marilah melalui momentum Idul Fitri kita selalu mereflekasikan diri kita menjadi jiwa-jiwa suci yang muttaqin (orang bertaqwa sebagai tujuan puasa) dan syakiriin (orang-orang yang bersyukur). Demikianlah, antara kesalehan pribadi melalui ibadah puasa dan kesalehan sosial dengan zakat harus pula disertai dengan perilaku syukur kepada Allah SWT dengan memelihara dan memanfaatkan anugerah-Nya melalui kerja keras dan ikhtiar untuk kemakmuran dan kesejateraan bangsa,” pungkasnya.
Sumber : radaraktual.com